MEMPERGUNAKAN
MESIN BUBUT (KOMPLEK)
Drs. IBRAHIM
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN NEGERI 2
2008
Kata Pengantar
Pembuatan modul mempergunakan mesin Bubut Komplek ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan proses pemelajaran bagi peserta diklat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dalam melakukan berbagai macam pembubutan .
Usaha ini dilakukan sebagai langkah nyata pada penyiapan materi sebagai sumber pengetahuan bagi peserta diklat dalam pengenalan akan materi dasar, untuk dapat memahami secara cepat dan tepat dalam menguasai materi, didalam modul ini disajikan bahan seperti : memahami pengoprasian mesin, membubut ulir luar dan dalam, membubut tirus, membubut eksentrik, membubut benda panjang, membubut menggunakan face plate.
Kompetensi ini merupakan sebagian dari kompetensi bidang keahlian teknik pemesinan terutama melakukan berbagai macam pembubutan pada mesin konvensionalmesin ,dengan disajikanya modul mempergunakan mesin Bubut Komplek ini, peserta diklat akan mampu menguasai materi secara mudah dan cepat karena materi modul disusun secara sederhana dan sistematis
Modul mempergunakan mesin Bubut Komplek /bahan ajar ini disusun dengan merujuk pada kurikulum 2004, yang pengajarannya merupakan implementasi prinsip pelatihan berbasis kompetensi. disajikan dengan bentuk ringkas dan dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat dengan atau tanpa bimbingan dari seorang guru atau instruktur.
Modul mempergunakan mesin Bubut Komplek ini digunakan sebagai panduan kegiatan belajar untuk membentuk salah satu kompetensi, yaitu kompetensi Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut. Modul ini dapatdigunakan pula untuk peserta pelatihan kerja bengkel pemesinan.Modul ini dibagi menjadi 3 kegiatan belajar yang menekankan padapengetahuan dan kegiatan praktek kerja mesin bubut. Kegiatan belajar 1 tentang persiapan membubut, kegiatan belajar 2 tentang pemilihan alatpotong, kegiatan belajar 3 tentang melakukan berbagai macam pembubutan .
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan yang memerlukan perbaikan bagi para pengguna modul ini. Guna mendapatkan kesempurnaan dari isi modul ini maka penulis secara terbuka akan menerima masukan-masukan dari peserta diklat, instruktur maupun para pengguna modul ini.
Akhirnya ucapan terima kasih dan penghargaan yeng setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam mempersiapkan materi modul/bahan ajar ini akan sangat besar manfaatnya,bagi pengembangan materi dan pencapaian kompetensi yang diharapkan bagi peserta diklat dan semua pembaca modul ini.
Penyusun
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
PPendahuluan
Anda menemukan informasi tentang ruang lingkup isi modul, prasyarat mempelajari modul serta hasil belajar yang akan dicapai setelah mempelajari modul
BBelajar
Pada bagian ini anda dapat mempelajari materi-materi pelajaran yang harus anda kuasai sebelum anda memulai praktek.
LLatihan
Pada bagian ini anda mengerjakan soal-soal atau melaksanakan tugas untuk mengukur kemampuan anda terhadap topik pelajaran yang telah anda pelajari.
PpPersiapan Praktek
Anda harus menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dan melaksanakan tugas pada bagian ini sebelum melaksanakan praktek.
PrPraktek
Pada bagian ini anda mngerjakan sosl-soal atau melaksanakan tugas untuk mengukur kemampuan anda terhadap topik pelajaran yang telah anda pelajari.
KLKunci Latihan
Pada bagian ini anda akan memnemukan kunci jawaban dari latihan-latihan yang anda kerjakan
KEKunci evaluasi
Pada bagian ini anda akan menemukan kunci jawaban dari evaluasi yang anda kerjakan
BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
Membubut Kompleks adalah modul praktikum bengkel kerja mesin dengan mesin bubut yang menjelaskan kerja bubut lanjut. Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar, yaitu persiapan pekerjaan, pemilihan alat potong, dan kerja bubut komplek. Diharapkan setelah mempelajari modul ini peserta diklat mampu membubut, tirus, eksentris, pembubutan benda kerja panjang dan benda kerja tak beraturan, serta membubut ulir.
B. PRASYARAT
Untuk mempelajari modul membubut kompleks, peserta diklat diharapkan telah mempunyai kemampuan awal kerja bubut dasar.
C. PETUNJUK
1. Bagi peserta diklat
- Baca dan palajari setiap uraian kegiatan belajar pada modul ini
- Kerjakan setiap latihan yang telah tersedia
- Gunakan alat keselamatan kerja
- Bekerjalah dengan teliti, tepat waktu, dan hati-hati
- Kerjakan setiap evaluasi yang tersedia
- Cocokan hasil kerja anda baik soal latihan maupun evaluasi
- Kembalikan semua peralatan yang telah digunakan.
2. Bagi Guru
- Membantu siswa merencanakan belajar modul ini
- Menjelaskan setiap konsep maupun kegiatan praktek sesuai kegiatan belajarnya
- Membimbing tugas, latihan yang telah dijelaskan sebelumnya.
- Menjawab setiap kebutuhan siswa dalam memahami setiap sub kompetensi
- Menilai setiap hasil sub kompetensi siswa
D. TUJUAN AKHIR
1. Kinerja yang diharapkan
Siswa mampu membubut ulir, tirus, eksentris, benda panjang, dan benda tidak beraturan
2. Kriteria keberhasilan
Hasil benda kerja bubutan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang diinginkan dan dipersyaratkan
3. Kondisi yang diberikan
MELAKUKAN BERBAGAI MACAM PEMBUBUTAN
1) Peserta diklat dapat membubut ulir luar dan dalam
2) Peserta diklat dapat membubut tirus
3) Peserta diklat dapat membubut eksentrik
4) Peserta diklat dapat membubut benda panjang
5) Peserta diklat dapat membubut menggunakan face plate
1. Elemen Dasar Proses Bubut
Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung menggunakan rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar
do = diameter mula ; mm
dm = diameter akhir ; mm
lt = panjang permesinan ; mm
Pahat :
xr = sudut potong utama ; 0
0 γ = sudut geram ;
Mesin bubut :
a = kedalaman potong ; mm
a = (do - dm)/2 ; mm
f = gerak makan ; mm/r
n = putaran poros utama ; put/min.
a. Kecepatan potong :
b. Kecepatan makan :
vf = f.n ; mm/min
c. Waktu pemotongan :
tc = lt / vf ; min
d. Kecepatan penghasilan geram :
Z = A.v
Dimana, penampang geram sebelum terpotong A = f . a mm2 atau A = b.h mm2
maka Z = f . a . v ; cm3 / min
2. Penentuan Kondisi Pemotongan
Yang dimaksud dengan kondisi pemotongan pada proses bubut adalah kedalaman potong (a), gerak makan (f), dan kecepatan potong (V).Ketiga kondisi pemotongan tersebut harus ditentukan terlebih dahulu sebelum proses pemesinan dilaksanakan. Kondisi pemotongan ditentukan dengan melalui tahap-tahap berikut.
Tahap 1. Penentuan Material dan Geometri Pahat.
Pahat dipilih sesuai dengan jenis pengerjaan mesin yang dilakukan. Material pahat ditentukan berdasarkan material benda kerja dan kondisipemotongan (pengasaran, adannya beban kejut, penghalusan). Untuk High Speed Steel (HSS) dapat dipilih jenis M 1, M2, M10, M3, M4, atau M45, atau yang lain sesuai dengan pahat yang tersedia di bagian perkakas. Sedangkan bagi pahat karbida dapat dipilih jenis P, M, dan K dengan kode 10, 20, atau30. Pahat HSS dipilih jika dalam proses pemesinan terdapat beban kejut.
Material pahat karbida menurut ISO diklasifikasikan berdasarkan jenis pemakaiannya, yaitu pekerjaan pemesinan dikelompokkan menjadi tiga kelompok :
1) Steel Cutting Grade, untuk pemotongan berbagai jenis bajayang akan menghasilkan geram yang kontinu karena relatif liat. Pahat untukpengerjaan pemesinan ini diberi kode huruf P dan kode warna biru.
2) CastIron Cutting Grade, untuk pemotongan berbagai jenis besi tuang yang akanmenghasilkan geram yang terputus-putus karena relatif rapuh. Pahat untukpengerjaan pemesinan ini diberi kode huruf K dan kode warna merah.
3) Intermediate Grade, Untuk proses pemesinan berbagai jenis baja, besituang dan nonferro yang mempunyai sifat ketermesinan yang baik. Diberikode huruf M dan kode warna kuning.
Masing-masing kelompok tersebut diklasifikasikan lagi menggunakan kode angka yang menggambarkan sifat karbida atau kondisi pemesinan yang direncanakan. Angka yang kecil setaraf dengan jenis pahat karbida yang relatif keras, hot hardness tinggi, kecepatan potong tinggi dan rapuh, sehingga digunakan untuk pemesinan tanpa beban kejut dan penghalusan.
Angka yang besar setaraf dengan jenis pahat karbida yang relatif ulet, dapat digunakan untuk proses pengasaran, pemesinan dengan beban kejut dankondisi berat. Pahat ini dianjurkan untuk kecepatan potong yang tidak terlalutinggi.
Geometri pahat dipilih sebaik mungkin sesuai dengan kondisipemotongan :
xr : ditentukan berdasarkan kekakuan sistem pemotongan dan dimensi akhir produk (pada ujung atau pojok benda kerja). Berkaitan dengan umur pahat dan
o γ : ditentukan sesuai dengan jenis pahat, benda kerja dan kecepatan potong yang diinginkan. Berkaitan dengan kemudahan pembentukan geram, gaya pemotongan dan kekuatan pahat.
o r s α , x ,λ : disesuaikan dengan kondisi pemotongan (gerak makan).
ε r : disesuaikan dengan kedalaman potong dan kehalusan permukaan (pada proses akhir/penghalusan) serta
Tahap 2 : Penentuan kedalaman potong a dan gerak makan f
Agar proses pembentukan geram berlangsung dengan baik, maka rasio kerampingan geram δ ditentukan berdasarkan kedalaman potong dan gerak makan seperti pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Hubungan kedalaman potong dengan rasio kerampingan geram.
Radius ujung pahat disesuaikan dengan kedalaman potong. Kedalaman potong ditentukan berdasarkan dimensi bahan relatif terhadap dimensi akhir. Pada langkah pengasaran, kedalaman potong diusahakan sebesar mungkin, sebagai kendala adalah panjang mata potong dan
Kedalaman potong ditentukan sebagai berikut
a = (do-dm)/2 (menurut gambar kerja)
a minimum tergantung pada rε
a maksimum = 0,7 S. Sin xr
dimana S adalah panjang mata potong.
Fx = (0,3 sd 0,5) Fy, tergantung dari xr.
Ks1.1 = gaya potong spesifik referensi (untuk berbagai jenis
baja = 144.αu0.37 ). z =0,2
Rochim (1978), harga f dapat dicari dengan rumus empirik :
f = gerak makan ; mm/r
Rt = parameter kekasaran (peak to valey height) ; μ m
rε = radius ujung pahat ; mm
Cr = konstanta dipengaruhi oleh kekakuan sistem pemotongan (benda
kerja, pahat)
= 2000 untuk sistem yang kaku
= 2300 untuk sistem yang sedang
= 3000 untuk sistem yang lemah
Apabila harga gerak makan telah dihitung dengan rumus di atas, makaharus diperiksa kebaikan proses pembentukan geram, yaitu rasiokerampingannya. Untuk proses penghalusan biasanya a ≤ 2 mm, sebaiknya: 3 ≤ δ ≤ 8 (T. Rochim, 1993). Apabila harga δ dianggap baik, maka harga fyang dihitung tersebut bisa langsung dipakai untuk mengisi harga F padaprogram NC untuk penghalusan dengan penyesuaian satuan yang dipakai.
Tahap 3 Penentuan Kecepatan PotongPenentuan kecepatan potong optimum ditentukan berdasarkan duatujuan yaitu kecepatan potong ekonomk dan kecepatan potong produktif. Kecepatan potong ekonomik biasanya digunakan dalam proses pengasaran(roughing) sedangkan kecepatan potong produktif digunakan dalam prosespenghalusan (finishing atau follow countour). Kecepatan potong ekonomikharganya lebih kecil dari padakecepatan potong produktif.
Faktor yang menentukan tingkat kehalusan hasil pembubutan:
1. Benda kerja
2. Pahat (meterial dan geometri )
3. Kecepatang potong ( cutting speed )
4. Bentuk tatal (gram)
5. Kondisi mesin
Kecepatan sayat suatu variabel yang mempengaruhi terhadap keawetan pahat dan beban yang dipikul mesin.
1. Benda Kerja
· Kualitas Bahan
Bentuk : Bubut luar / dalam
2. Perkakas / Pahat
· Kualitas Bahan
· Bentuk : sudut-sudut pahat
3. Penampang Serpih
· Ukuran : Luas penampang
· Bentuk : persegi / jajaran genjang
4. Pendinginan
· Jenis : Oli / dromus ( oli emulsion)
· Kuantitas ( jumlah)
Jenis dan gerak potong terhadap benda kerja
3. Macam-Macam Pembubutan
Proses pembubutan ada beberapa macam yaitu:
1. Bubut Silindris ( Turning ) dan Bubut Tirus (Cone)
2. Bubut Muka (Facing)
3. Bubut Alur ( Grooving)
4. Bubut Potong ( Cut off)
5. Meluaskan lubang (booring)
6. Bubut bentuk (Forming) Pahat dibentuk
Gambar 3.2. Pembentukan serpih pada pembubutan.
Ukuran tatal :
Ratio kerampingan tatal: nilai δ = b / h = a / f (sin 2 Xr)
Apabila a ≤ 2mm, maka 3 ≤ δ ≤ 8
Apabila a>2 mm, maka 5 ≤ δ ≤ 20
Gambar 3.3. Kedalaman tusukan dan bentuk serpih.
1.Motor penggerak 10. Eretan dasar
2. Kepala tetap 11. Cakra/Penjepit/Chuck
3. Eretan lintang 12. Batang gigi
4. Wadah tatal 13. Poros ulir / Transporteur
5. Saklar motor 14. Poros luncur / vuding as
6. Kotak kunci 15. Batang penghubung saklar
7. Kepala bebas/lepas 16. Meja mesin
8. Kaki 17. Eretan atas / Support
9. Spindel utama
Spesifikasi Mesin :
Ukuran maksimal H (tinggi sumbu) dari meja dikali W (jarak centre kepala tetap dan penjepit). Ukuran maksimal benda kerja yang dapat dikerjakan 2 H X W.
a. Kepala Tetap Dengan Pembawa
Gb 3.6. Bentuk jenis buatan dan penempatan jantung bubut.
a. Mantel pengaman,
b. Pembawa massif,
c. Penumpuan pembawa yangbetul,
d. Penumpuan yang benar bagi jarum bubut yang mengandung
e. Cincin pelindung,
f. Pembawa bekerja sendiri.
1.bubungan (nok) pembawa dalam keadaan menjepit,
2. cincin,
3.bubungan pembawa dalam keadaan terpental keluar,
4. badan cakra.
Gb 3.7. Penjepitan antara dua ujung (kanan dalam perspektif).
Keterangan :
1...Jantung pembawa,
2... tabung pemasangan,
3... cakram pembawa,
4... penitik kepala,
5... benda kerja,
6...peniti kepala bebas,
7... bubung penahan,
8...lubang untuk kaki pembawa.
b. Penjepit Chuck Dependent
c. Kepala Lepas.
Kepala lepas dipasang di atas meja bubut bagian ujung kanan, berguna untuk : Menopang benda kerja, pemasangan mata boor /snei dan tap, serta untuk penyetalan bubut tirus panjang.
d. Meja Mesin Bubut
Berfungsi sebagai dudukan seperangkat eretan yang meluncurmemanjang. Keausan meja mengakibatkan hasil pembubutan tidakpresisi (cembung). Perawatan / pembersihan meja seusai pembubutanpenting dilakukan untuk mencegah keausan.
e. Eretan.
f. Transmisi Penggerak Poros Kepala Tetap
Gambar 3.12. Transmisi Penggerak Poros Kepala Tetap
g. Perkakas Bubut / Pahat
1. Geometri Mata Pahat
.β = Sudut pasak berdampak ketajaman
.α = Sudut penyayatan bebas utama
.α1 = Sudut bebas penyayatan samping mencegah gesekan pahat dengan bidang yang telah disayat
.γ = Sudut tatal, berdampak terhadap pembentukan tatal dan tahanan tatal.
. α +β+ γ = 900
א = Sudut penyetelan berdampak kepada bentuk tatal.
gama = Sudut tatal, berdampak kepada serpihan tatal
ג . = Sudut kemiringan berdampak daya iris dan pembuangan tatal
Ujung mata pahat memiliki radius r
2. Geometri Pahat
• r = radius ujung pahat
3. Model Pahat
Gambar 3.14. Cara pembuatan gagang pahat.
Model V : Pahat bubut terbuat seluruhnya odari baja olah cepat.
Model S : Kepala penyayat dari baja olah cepat dilas tumpu dengan gagang dari baja industri mesin.
Model P : Pelat penyayat dari baja olah cepat dilas pada tempat yang disediakan di ujung gagang dari baja industri mesin.
Model K : Pelat penyayat dijepit.
Gambar 3.15. Arah penyayatan pahat bubut
R = Pahat Bubut Kanan L = Pahat Bubut Kiri
4. Mengasah Pahat
Gambar 3.16. Cara mengasah pahat bubut.
5. Penjepitan Pahat
Gambar 3.17. Cara pemasangan pahat pada penjepit pahat
5. Proses Pembubutan Benda Kerja
a. Kecepatan Sayat Bubut
Kecepatan ditentukan oleh besaran putaran benda kerja dan diameter yang
b. Menghitung Angka Putaran Mesin (n rpm)
Benda kerja D = 80 mm, kecepatan sayat v = 43 m/mnt
Jawaban :
Putaran mesin n = 1000.v / Л. D
= 1000. 43 / 3,14. 80
= 171,1 rpm
Variasi putaran mesin yang tersedia adalah : 31,5 – 45 – 63 – 90 – 125 – 180
– 250 – 355 – 500 – 710 – 1000 – 1400. Oleh karena tidak terdapat n = 171,1
rpm, maka dipilih 125 rpm (disebut ne = putaran efektif ). Dengan demikian
kecepatan sayat nyata adalah: V = 80. 3,14. 125 / 1000, V = 31,4 m / mnt.
Tabel Kecepatan Potong
1. Membubut ulir luar dan dalam
a. Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, bentuk (grove), dan pahat ulir
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut. Ujung pahat harus setinggi pusat sumbu benda kerja, selanjutnya setel posisi pahat dengan alat pengukur kedudukan (lihat gambar)
Gambar 8: Pengukur kedudukan dan penyetelan pahat ulir luar dan dalam
b. Langkah Kerja
- Bubut diameter luar sampai dengan ukuran diameter mayor ulir, gunakan pahat kasar
- Ganti pahat dengan pahat bentuk.
- Bubut bagian akhir ulir dengan pahat bentuk (membuat grove)
- Ganti pahat dengan pahat ulir
- Buat uliran awal sesuai dengan bagian ulir yang dikehendaki, tempatkan pahat pada ujung benda kerja kurang lebih 0,5 mmdari benda kerjanya, majukan pahat sedikit menggores bendakerja.
Bubut bagian ulir yang dibuang sepanjang yang diinginkan.Pada akhir pemotongan, undurkan pahat dan matikan mesin.Jangan sampai menabrak bagian lain benda kerja.
- Tempatkan pahat pada posisi awal sebelum pemotongan
dengan memutar benda kerja searah jarum jam
Gambar 9: Proses penguliran, bubut ulir luar
Gambar 10: Proses penguliran, bubut ulir dalam
- Periksa hasil ulirannya , bila sesuai dimensi yang diinginkan lanjutkan dengan bubut ulir sebenarnya.
- Ulangi langkah pembubutan di atas, sebelumnya majukan pahatsesuai dengan ketebalan pemakanan, selesaikan sampai dengankedalaman ulir yang ditentukan.
- Periksa hasil uliran.
2) Membubut tirus
a. Tirus Pendek
Gambar 3. 23. Pembuatan tirus panjang.
Membubut tirus dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, carayang paling mudah adalah dengan tambahan alat bubut taper,akan tetapi cara ini selain membutuhkan kelengkapan juga harusmemasang perlengkapan tersebut pada meja eretan. Cara biasaadalah dengan memiringkan eretan atas dan memajukan eretansebagai langkah pemakanan, khususnya untuk benda tirus yangpendek. Pada perhitungan penggeseran kepala bebas harus dibedakan dua kasus:
a. Panjang kerucut sama dengan panjang benda kerja Di dalam setiap segitiga tegak lurus berlaku hubungan
C=
Gambar 11: Bubut tirus, memiringkan eretan atas
Gambar 13 : Penggeseran posisi kepala lepas
a = ( D – d ) / 2
D = diameter besar
d = diameter kecil
Karena keterbatasan sentuhan senter tetap dengan lubang senterpada benda keja , maka harga pergeseran “a” tidak lebih dari 1/50panjang benda kerjanya.
a. Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, dan pahat finishing
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
- Penyetelan kemiringan sudut pada eretan atas (benda kerja
- Bubut bagian muka benda kerja untuk menentukan titik awalkemiringan
- Bubut diameter luar sampai dengan ukuran diameter terbesaryang diinginkan, gunakan pahat kasar
- Rubah posisi pahat atau posisi kepala lepas untuk menentukansudut kemiringannya
- Bubut bagian tirusnya
- Periksa kebenaran sisi dan sudut ketirusannya
- Ganti pahat dengan pahat finishing.
- Periksa hasil ketirusannya.
a. Daya Mesin Bubut
Daya sayat pahat adalah
FH = Gaya sayat radial Kg
q = luas penampang tatal ( mm2 )
q = b . h = a . s
Ks = tahanan spesifik tatal ( Kg/ mm2 )
V = kecepatan sayat m / mnt
V = Л . D . N / 1000
D = Diameter benda dibubut mm
n = putaran mesin rpm
η = rendemen mesin + 70 %
• t = L / s.n ….. Menit
L = panjang benda kerja …. mm
s = gerak laju pahay …. mm / put
n = putaran benda kerja …. Rpm
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, dan pahat finishing
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
2) Langkah Kerja
- Bubut permukaan benda kerja dengan pahat kasar mendekati diameterterbesar dan panjang yang diinginkan.
- Bubut bagian muka benda kerja (dua muka) untuk menentukan sisi penandaan pergeseran senter.
- Buat pergeseran senternya pada dua sisi penampang bendakerja
Posisi senter A untuk pembubutan pertama
Posisi senter B untuk pembubutan kedua
- Tempatkan benda kerja dengan penjepitan dua senter
- Bubut diameter luar sampai dengan ukuran diameter terbesaryang diinginkan
- Ganti penjepitan benda kerja dengan senter yang kedua
- Bubut bagian eksentriknya
- Periksa kebenaran dimensi poros eksentrik yang dibuat.
b. Chuck empat (independent chuck)
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, dan pahat finishing
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
Gambar 15: Chuck kepala empat dan pemasangan benda kerja
2) Langkah Kerja
- Bubut permukaan benda kerja dengan pahat kasar mendekati diameter terbesar dan panjang yang diinginkan.
- Bubut bagian muka benda kerja (dua muka) untuk menentukansisi penandaan pergeseran senter.
- Buat pergeseran senternya pada satu sisi penampang bendakerja
- Tempatkan benda kerja pada chuck empat, atur sesuai posisisenter utama
- Bubut benda kerja sesuai dimensi yang diinginkan
- Atur benda kerja dengan merubah posisi penjepitan sesuaisumbu eksentriknya, gunakan pointer untuk membantupergeserannya.
- Bubut bagian eksentriknya
- Periksa kebenaran dimensi poros eksentrik yang dibuat
Pemasangan Benda Kerja
1. Bubut Panjang
Gambar a gambar b
Gambar 3.20. Pelurusan poros bengkok.
Membubut benda panjang memerlukan peralatan tambahan.Peralatan tambahan yang sering digunakan adalah kaca mata tetap (stationery steady rests ) dan kaca mata jalan (stationerysteady traveling). Kacamata tetap dan jalan digunakan untuk mendukung benda kerja panjang, sehingga kelenturan benda kerja akibat tekanan pemakanan saat dibubut dapat dikurangi. Apabila tidak dijaga,maka benda kerja cenderung tirus atau tidak merata kesilindrisannya.
Gambar 16: A= Kaca mata tetab; B = Kaca mata jalan
Gambar 17: Penggunaan kaca mata jalan
a. Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat yang akan digunakan
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
b. Langkah Kerja
- Pasang kacamata pada meja mesin
- Jepit benda kerja pada kepala tetap.
- Atur benda kerja agar tersangga pada kacamatnya
- Bila diperlukan jepit dengan senter jalan pada ujung yang lain
- Benda kerja siap dibubut
5. Membubut dengan Faceplate
a. Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat yang akan digunakan
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
- Pemasangan benda kerja pada faceplate. Bila diperlukangunakan angel plate dan v-block.
- Lepas kepala tetap dari mesin bubut.
- Pasang faceplate sebagai pengganti kepala tetap
- Atur posisi penjepitan benda kerja pada permukaan faceplate
- Gunakan lubang dan alur yang tersedia pada faceplate untukbaut-baut penjepitnya
- Atur posisi bagian benda kerja yang akan dibubut sesuai dengantitik senter mesin
- Benda kerja siap dibubut.
- Alat potong kerja bubut komplek dipilih sesuai bentuk bendakerja yang diinginkan.
- Kerja bubut komplek antara lain, bubut Ulir, bubut Tirus, bubutEksentrik, bubut benda penjang, dan bubut dengan face plate.
D. Tugas 3
- Siapkan perangkat pahat untuk membuat ulir, membuat tirus,membuat poros eksentrik dari pembubutan awal sampai akhir
- Urutakan pemakaian pahat dari masing-masing pembubutantersebut, catat dan buat laporannya.
E. Tes Formatif 1
Kerjakan pada mesin bubut yang tersedia, sesuai dengan dimensi,
bentuk dan ketentuan gambar kerjanya.
(Draft gambar soal) toleransi umum ± 0.05
1. Bubut ulir 2. Bubut Tirus



5) Bubut Benda Tidak Beraturan ( Bubut Dalam )

F. Kunci Jawaban
Sesuai standar penilaian latihan benda kerja di bengkel
1) Pelajari gambar kerjanya
2) Gunakan pakaian keselamatan kerja
3) Lakukan langkah kerja sesuai dengan langkah kerja yang telah dibahas
Periksakan setiap hasil latihan benda kerja




EVALUASI
A. SOAL
toleransi umum ± 0.05

B. KUNCI JAWABAN
70 – 79 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja dengan bimbingan.
80 – 89 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.
90 – 100 : Di atas kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.
BAB IV
PENUTUP
Peserta diklat yang telah selesai mengikuti modul ini dan dinyatakan lulus dapat melanjutkan pada modul kerja bengkel selanjutnya, sedangkan yang belum lulus harus mengulang modul ini dan tidak diperkenankan mengambil modul selanjutnya.
PMS, 1978, Teknik Bengkel 2. PMS Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar