Senin, 29 Maret 2010

MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK)

MEMPERGUNAKAN
MESIN BUBUT (KOMPLEK)




DISUSUN OLEH:

Drs. IBRAHIM


PEMERINTAH KOTA BENGKULU

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN NEGERI 2 BENGKULU

2008

Kata Pengantar

Pembuatan modul mempergunakan mesin Bubut Komplek ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan proses pemelajaran bagi peserta diklat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dalam melakukan berbagai macam pembubutan .

Usaha ini dilakukan sebagai langkah nyata pada penyiapan materi sebagai sumber pengetahuan bagi peserta diklat dalam pengenalan akan materi dasar, untuk dapat memahami secara cepat dan tepat dalam menguasai materi, didalam modul ini disajikan bahan seperti : memahami pengoprasian mesin, membubut ulir luar dan dalam, membubut tirus, membubut eksentrik, membubut benda panjang, membubut menggunakan face plate.
Kompetensi ini merupakan sebagian dari kompetensi bidang keahlian teknik pemesinan terutama melakukan berbagai macam pembubutan pada mesin konvensionalmesin ,dengan disajikanya modul mempergunakan mesin Bubut Komplek ini, peserta diklat akan mampu menguasai materi secara mudah dan cepat karena materi modul disusun secara sederhana dan sistematis
Modul mempergunakan mesin Bubut Komplek /bahan ajar ini disusun dengan merujuk pada kurikulum 2004, yang pengajarannya merupakan implementasi prinsip pelatihan berbasis kompetensi. disajikan dengan bentuk ringkas dan dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat dengan atau tanpa bimbingan dari seorang guru atau instruktur.
Modul mempergunakan mesin Bubut Komplek ini digunakan sebagai panduan kegiatan belajar untuk membentuk salah satu kompetensi, yaitu kompetensi Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut. Modul ini dapatdigunakan pula untuk peserta pelatihan kerja bengkel pemesinan.Modul ini dibagi menjadi 3 kegiatan belajar yang menekankan padapengetahuan dan kegiatan praktek kerja mesin bubut. Kegiatan belajar 1 tentang persiapan membubut, kegiatan belajar 2 tentang pemilihan alatpotong, kegiatan belajar 3 tentang melakukan berbagai macam pembubutan .
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan yang memerlukan perbaikan bagi para pengguna modul ini. Guna mendapatkan kesempurnaan dari isi modul ini maka penulis secara terbuka akan menerima masukan-masukan dari peserta diklat, instruktur maupun para pengguna modul ini.
Akhirnya ucapan terima kasih dan penghargaan yeng setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam mempersiapkan materi modul/bahan ajar ini akan sangat besar manfaatnya,bagi pengembangan materi dan pencapaian kompetensi yang diharapkan bagi peserta diklat dan semua pembaca modul ini.

Bengkulu, Juli 2009

Penyusun

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

PPendahuluan
Anda menemukan informasi tentang ruang lingkup isi modul, prasyarat mempelajari modul serta hasil belajar yang akan dicapai setelah mempelajari modul


BBelajar
Pada bagian ini anda dapat mempelajari materi-materi pelajaran yang harus anda kuasai sebelum anda memulai praktek.

LLatihan
Pada bagian ini anda mengerjakan soal-soal atau melaksanakan tugas untuk mengukur kemampuan anda terhadap topik pelajaran yang telah anda pelajari.

PpPersiapan Praktek

Anda harus menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dan melaksanakan tugas pada bagian ini sebelum melaksanakan praktek.

PrPraktek

Pada bagian ini anda mngerjakan sosl-soal atau melaksanakan tugas untuk mengukur kemampuan anda terhadap topik pelajaran yang telah anda pelajari.

KLKunci Latihan

Pada bagian ini anda akan memnemukan kunci jawaban dari latihan-latihan yang anda kerjakan

KEKunci evaluasi

Pada bagian ini anda akan menemukan kunci jawaban dari evaluasi yang anda kerjakan

BAB I

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI

Membubut Kompleks adalah modul praktikum bengkel kerja mesin dengan mesin bubut yang menjelaskan kerja bubut lanjut. Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar, yaitu persiapan pekerjaan, pemilihan alat potong, dan kerja bubut komplek. Diharapkan setelah mempelajari modul ini peserta diklat mampu membubut, tirus, eksentris, pembubutan benda kerja panjang dan benda kerja tak beraturan, serta membubut ulir.

B. PRASYARAT

Untuk mempelajari modul membubut kompleks, peserta diklat diharapkan telah mempunyai kemampuan awal kerja bubut dasar.

C. PETUNJUK

1. Bagi peserta diklat
- Baca dan palajari setiap uraian kegiatan belajar pada modul ini
- Kerjakan setiap latihan yang telah tersedia
- Gunakan alat keselamatan kerja
- Bekerjalah dengan teliti, tepat waktu, dan hati-hati
- Kerjakan setiap evaluasi yang tersedia
- Cocokan hasil kerja anda baik soal latihan maupun evaluasi dengan kunci jawaban atau alat pembanding sesuai desain yang diinginkan
- Kembalikan semua peralatan yang telah digunakan.

2. Bagi Guru
- Membantu siswa merencanakan belajar modul ini
- Menjelaskan setiap konsep maupun kegiatan praktek sesuai kegiatan belajarnya
- Membimbing tugas, latihan yang telah dijelaskan sebelumnya.
- Menjawab setiap kebutuhan siswa dalam memahami setiap sub kompetensi
- Menilai setiap hasil sub kompetensi siswa

D. TUJUAN AKHIR
1. Kinerja yang diharapkan
Siswa mampu membubut ulir, tirus, eksentris, benda panjang, dan benda tidak beraturan
2. Kriteria keberhasilan
Hasil benda kerja bubutan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang diinginkan dan dipersyaratkan
3. Kondisi yang diberikan Bahan benda kerja, pahat atau alat potong, kondisi mesin bubut standar.

BAB II
MELAKUKAN BERBAGAI MACAM PEMBUBUTAN

A.Tujuan Pemelajaran
1) Peserta diklat dapat membubut ulir luar dan dalam
2) Peserta diklat dapat membubut tirus
3) Peserta diklat dapat membubut eksentrik
4) Peserta diklat dapat membubut benda panjang
5) Peserta diklat dapat membubut menggunakan face plate

B. Uraian Materi

1. Elemen Dasar Proses Bubut
Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung menggunakan rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar

Gambar 3.1. Proses bubut

Benda kerja :

do = diameter mula ; mm
dm = diameter akhir ; mm
lt = panjang permesinan ; mm

Pahat :
xr = sudut potong utama ; 0
0
γ = sudut geram ;


Mesin bubut :

a = kedalaman potong ; mm
a = (do - dm)/2 ; mm
f = gerak makan ; mm/r
n = putaran poros utama ; put/min.

Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut :

a. Kecepatan potong :

dimana d = diameter rata-rata , d = (do- dm)/2 ≡ do

b. Kecepatan makan :

vf = f.n ; mm/min

c. Waktu pemotongan :

tc = lt / vf ; min

d. Kecepatan penghasilan geram :

Z = A.v

Dimana, penampang geram sebelum terpotong A = f . a mm2 atau A = b.h mm2

maka Z = f . a . v ; cm3 / min

2. Penentuan Kondisi Pemotongan
Yang dimaksud dengan kondisi pemotongan pada proses bubut adalah kedalaman potong (a), gerak makan (f), dan kecepatan potong (V).Ketiga kondisi pemotongan tersebut harus ditentukan terlebih dahulu sebelum proses pemesinan dilaksanakan. Kondisi pemotongan ditentukan dengan melalui tahap-tahap berikut.

Tahap 1. Penentuan Material dan Geometri Pahat.

Pahat dipilih sesuai dengan jenis pengerjaan mesin yang dilakukan. Material pahat ditentukan berdasarkan material benda kerja dan kondisipemotongan (pengasaran, adannya beban kejut, penghalusan). Untuk High Speed Steel (HSS) dapat dipilih jenis M 1, M2, M10, M3, M4, atau M45, atau yang lain sesuai dengan pahat yang tersedia di bagian perkakas. Sedangkan bagi pahat karbida dapat dipilih jenis P, M, dan K dengan kode 10, 20, atau30. Pahat HSS dipilih jika dalam proses pemesinan terdapat beban kejut.
Material pahat karbida menurut ISO diklasifikasikan berdasarkan jenis pemakaiannya, yaitu pekerjaan pemesinan dikelompokkan menjadi tiga kelompok :
1) Steel Cutting Grade, untuk pemotongan berbagai jenis bajayang akan menghasilkan geram yang kontinu karena relatif liat. Pahat untukpengerjaan pemesinan ini diberi kode huruf P dan kode warna biru.
2) CastIron Cutting Grade, untuk pemotongan berbagai jenis besi tuang yang akanmenghasilkan geram yang terputus-putus karena relatif rapuh. Pahat untukpengerjaan pemesinan ini diberi kode huruf K dan kode warna merah.
3) Intermediate Grade, Untuk proses pemesinan berbagai jenis baja, besituang dan nonferro yang mempunyai sifat ketermesinan yang baik. Diberikode huruf M dan kode warna kuning.

Contoh klasifikasi pahat HSS dapat dilihat pada tabel 3.1.

Masing-masing kelompok tersebut diklasifikasikan lagi menggunakan kode angka yang menggambarkan sifat karbida atau kondisi pemesinan yang direncanakan. Angka yang kecil setaraf dengan jenis pahat karbida yang relatif keras, hot hardness tinggi, kecepatan potong tinggi dan rapuh, sehingga digunakan untuk pemesinan tanpa beban kejut dan penghalusan.
Angka yang besar setaraf dengan jenis pahat karbida yang relatif ulet, dapat digunakan untuk proses pengasaran, pemesinan dengan beban kejut dankondisi berat. Pahat ini dianjurkan untuk kecepatan potong yang tidak terlalutinggi.
Geometri pahat dipilih sebaik mungkin sesuai dengan kondisipemotongan :

xr : ditentukan berdasarkan kekakuan sistem pemotongan dan dimensi akhir produk (pada ujung atau pojok benda kerja). Berkaitan dengan umur pahat dan gaya radial.

o γ : ditentukan sesuai dengan jenis pahat, benda kerja dan kecepatan potong yang diinginkan. Berkaitan dengan kemudahan pembentukan geram, gaya pemotongan dan kekuatan pahat.

o r s α , x ,λ : disesuaikan dengan kondisi pemotongan (gerak makan).

ε r : disesuaikan dengan kedalaman potong dan kehalusan permukaan (pada proses akhir/penghalusan) serta gaya radial.

Tahap 2 : Penentuan kedalaman potong a dan gerak makan f

Agar proses pembentukan geram berlangsung dengan baik, maka rasio kerampingan geram δ ditentukan berdasarkan kedalaman potong dan gerak makan seperti pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Hubungan kedalaman potong dengan rasio kerampingan geram.

Radius ujung pahat disesuaikan dengan kedalaman potong. Kedalaman potong ditentukan berdasarkan dimensi bahan relatif terhadap dimensi akhir. Pada langkah pengasaran, kedalaman potong diusahakan sebesar mungkin, sebagai kendala adalah panjang mata potong dan gaya pemakanan.

Kedalaman potong ditentukan sebagai berikut

a = (do-dm)/2 (menurut gambar kerja)

a minimum tergantung pada rε

a maksimum = 0,7 S. Sin xr

dimana S adalah panjang mata potong.

Gerak makan (f) ditentukan berdasarkan jenis proses, yaitu pengasaran dan penghalusan. Pada proses pengasaran gerak makan dipilih sebesar mungkin dan yang menjadi kendala adalah rasio kerampingan geram serta gaya pemotongan. Pada proses penghalusan, maka gerak makan bersama dengan radius ujung pahat menentukan tingkat kehalusan permukaan. Pada proses pengasaran rasio kerampingan geram δ dipilih 5 s.d 10. Sedangkan gaya potong dan gaya radial diperiksa dengan rumus :

Fy = Fv = ks f a Cx C Cv Cv

Fx = (0,3 sd 0,5) Fy, tergantung dari xr.

Ks1.1 = gaya potong spesifik referensi (untuk berbagai jenis

baja = 144.αu0.37 ). z =0,2

Pada proses penghalusan (proses akhir), harga kedalaman potong sudah tertentu, yaitu selisih antara diameter sebelum terpotong dan diameter akhir. Gerak makan (f) ditetapkan sesuai dengan kehalusan permukaan produk yang dikehendaki. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan T.

Rochim (1978), harga f dapat dicari dengan rumus empirik :

dimana :

f = gerak makan ; mm/r

Rt = parameter kekasaran (peak to valey height) ; μ m

rε = radius ujung pahat ; mm

Cr = konstanta dipengaruhi oleh kekakuan sistem pemotongan (benda

kerja, pahat)

= 2000 untuk sistem yang kaku

= 2300 untuk sistem yang sedang

= 3000 untuk sistem yang lemah

Harga f yang didapatkan dari rumus tersebut merupakan harga terkecilyang mungkin digunakan untuk mendapatkan Rt yang dimaksud. Apabilaternyata hasilnya lebih halus dari yang dimaksud, maka harga f dapat dinaikkan untuk mencapai kecepatan pembentukan geram z yang tinggi. Sebaliknya jika tingkat kekasaran terlalu besar karena adanya getaran, maka radius ujung pahat harus diperkecil. Harga ekuivalen dari Rt apabila tanda pada gambar teknik mencantumkan parameter kekasaran yang lain adalah sebagai beriku
Apabila harga gerak makan telah dihitung dengan rumus di atas, makaharus diperiksa kebaikan proses pembentukan geram, yaitu rasiokerampingannya. Untuk proses penghalusan biasanya a ≤ 2 mm, sebaiknya: 3 ≤ δ ≤ 8 (T. Rochim, 1993). Apabila harga δ dianggap baik, maka harga fyang dihitung tersebut bisa langsung dipakai untuk mengisi harga F padaprogram NC untuk penghalusan dengan penyesuaian satuan yang dipakai.
Tahap 3 Penentuan Kecepatan PotongPenentuan kecepatan potong optimum ditentukan berdasarkan duatujuan yaitu kecepatan potong ekonomk dan kecepatan potong produktif. Kecepatan potong ekonomik biasanya digunakan dalam proses pengasaran(roughing) sedangkan kecepatan potong produktif digunakan dalam prosespenghalusan (finishing atau follow countour). Kecepatan potong ekonomikharganya lebih kecil dari padakecepatan potong produktif.

Faktor yang menentukan tingkat kehalusan hasil pembubutan:
1. Benda kerja
2. Pahat (meterial dan geometri )
3. Kecepatang potong ( cutting speed )
4. Bentuk tatal (gram)
5. Kondisi mesin

Kecepatan sayat suatu variabel yang mempengaruhi terhadap keawetan pahat dan beban yang dipikul mesin.

1. Benda Kerja
· Kualitas Bahan Baku : Kekokohan
Bentuk : Bubut luar / dalam

2. Perkakas / Pahat
· Kualitas Bahan Baku : Kekerasan
· Bentuk : sudut-sudut pahat

3. Penampang Serpih
· Ukuran : Luas penampang
· Bentuk : persegi / jajaran genjang

4. Pendinginan
· Jenis : Oli / dromus ( oli emulsion)
· Kuantitas ( jumlah)

Jenis dan gerak potong terhadap benda kerja

3. Macam-Macam Pembubutan

Proses pembubutan ada beberapa macam yaitu:
1. Bubut Silindris ( Turning ) dan Bubut Tirus (Cone)
2. Bubut Muka (Facing)
3. Bubut Alur ( Grooving)
4. Bubut Potong ( Cut off)
5. Meluaskan lubang (booring)
6. Bubut bentuk (Forming) Pahat dibentuk


Gambar 3.2. Pembentukan serpih pada pembubutan.

Ukuran tatal :
Ratio kerampingan tatal: nilai δ = b / h = a / f (sin 2 Xr)
Apabila a ≤ 2mm, maka 3 ≤ δ ≤ 8
Apabila a>2 mm, maka 5 ≤ δ ≤ 20

Gambar 3.3. Kedalaman tusukan dan bentuk serpih.

Gambar 3. 4. Mesin Bubut

1.Motor penggerak 10. Eretan dasar
2. Kepala tetap 11. Cakra/Penjepit/Chuck
3. Eretan lintang 12. Batang gigi
4. Wadah tatal 13. Poros ulir / Transporteur
5. Saklar motor 14. Poros luncur / vuding as
6. Kotak kunci 15.
Batang penghubung saklar
7. Kepala bebas/lepas 16.
Meja mesin
8. Kaki 17. Eretan atas / Support
9. Spindel utama

Spesifikasi Mesin :

Ukuran maksimal H (tinggi sumbu) dari meja dikali W (jarak centre kepala tetap dan penjepit). Ukuran maksimal benda kerja yang dapat dikerjakan 2 H X W.

4. Bagian-bagian Mesin Bubut.

a. Kepala Tetap Dengan Pembawa

Gb 3.6. Bentuk jenis buatan dan penempatan jantung bubut.

Keterangan :
a. Mantel pengaman,
b. Pembawa massif,
c. Penumpuan pembawa yangbetul,
d. Penumpuan yang benar bagi jarum bubut yang mengandung bidang-bidang rata,
e. Cincin pelindung,
f. Pembawa bekerja sendiri.


1.bubungan (nok) pembawa dalam keadaan menjepit,
2. cincin,
3.bubungan pembawa dalam keadaan terpental keluar,
4. badan cakra.


Gb 3.7. Penjepitan antara dua ujung (kanan dalam perspektif).

Keterangan :
1...Jantung pembawa,
2... tabung pemasangan,
3... cakram pembawa,
4... penitik kepala,
5... benda kerja,
6...peniti kepala bebas,
7... bubung penahan,
8...lubang untuk kaki pembawa.

b. Penjepit Chuck Dependent


Gambar 3.8. Cekam penjepi

c. Kepala Lepas.

Kepala lepas dipasang di atas meja bubut bagian ujung kanan, berguna untuk : Menopang benda kerja, pemasangan mata boor /snei dan tap, serta untuk penyetalan bubut tirus panjang.

Gambar 3.9. Kepala bebas model normal (kiri dan tengah).

d. Meja Mesin Bubut

Berfungsi sebagai dudukan seperangkat eretan yang meluncurmemanjang. Keausan meja mengakibatkan hasil pembubutan tidakpresisi (cembung). Perawatan / pembersihan meja seusai pembubutanpenting dilakukan untuk mencegah keausan.

Gambar 3.10. Bentuk meja mesin bubut


e. Eretan.

Gambar 3.11. Eretan mesin bubut.

f. Transmisi Penggerak Poros Kepala Tetap


Gambar 3.12. Transmisi Penggerak Poros Kepala Tetap

g. Perkakas Bubut / Pahat

1. Geometri Mata Pahat
.
β = Sudut pasak berdampak ketajaman
.
α = Sudut penyayatan bebas utama
.
α1 = Sudut bebas penyayatan samping mencegah gesekan pahat dengan bidang yang telah disayat
.
γ = Sudut tatal, berdampak terhadap pembentukan tatal dan tahanan tatal.

. α +β+ γ = 900

א = Sudut penyetelan berdampak kepada bentuk tatal.

gama = Sudut tatal, berdampak kepada serpihan tatal

ג . = Sudut kemiringan berdampak daya iris dan pembuangan tatal

Ujung mata pahat memiliki radius r


Gambar 3.13. Geometri mata pahat



2. Geometri Pahat

• r = radius ujung pahat


3. Model Pahat


Gambar 3.14. Cara pembuatan gagang pahat.

Model V : Pahat bubut terbuat seluruhnya odari baja olah cepat.

Model S : Kepala penyayat dari baja olah cepat dilas tumpu dengan gagang dari baja industri mesin.

Model P : Pelat penyayat dari baja olah cepat dilas pada tempat yang disediakan di ujung gagang dari baja industri mesin.

Model K : Pelat penyayat dijepit.


Gambar 3.15. Arah penyayatan pahat bubut


R = Pahat Bubut Kanan L = Pahat Bubut Kiri

4. Mengasah Pahat

Gambar 3.16. Cara mengasah pahat bubut.

5. Penjepitan Pahat


Gambar 3.17. Cara pemasangan pahat pada penjepit pahat

5. Proses Pembubutan Benda Kerja

a. Kecepatan Sayat Bubut

Kecepatan ditentukan oleh besaran putaran benda kerja dan diameter yang disayat, hubungannya adalah: Dalam prakteknya nilai kecepatan potong ditetapkan, dan putaran mesin dicari.

b. Menghitung Angka Putaran Mesin (n rpm)

Benda kerja D = 80 mm, kecepatan sayat v = 43 m/mnt

Jawaban :

Putaran mesin n = 1000.v / Л. D

= 1000. 43 / 3,14. 80

= 171,1 rpm

Variasi putaran mesin yang tersedia adalah : 31,5 – 45 – 63 – 90 – 125 – 180

– 250 – 355 – 500 – 710 – 1000 – 1400. Oleh karena tidak terdapat n = 171,1

rpm, maka dipilih 125 rpm (disebut ne = putaran efektif ). Dengan demikian

kecepatan sayat nyata adalah: V = 80. 3,14. 125 / 1000, V = 31,4 m / mnt.

Tabel Kecepatan Potong

1. Membubut ulir luar dan dalam

a. Kerja persiapan,

- Tentukan putaran mesin

- Persiapkan pahat kasar, muka, bentuk (grove), dan pahat ulir

- Kotak kunci (tool box)

- Pemasangan benda kerja

- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut. Ujung pahat harus setinggi pusat sumbu benda kerja, selanjutnya setel posisi pahat dengan alat pengukur kedudukan (lihat gambar)

Gambar 5: Ulir luar Gambar 6: Ulir dalam

Gambar 7: Pemasangan pahat ulir, setinggi sumbu benda kerja


Gambar 8: Pengukur kedudukan dan penyetelan pahat ulir luar dan dalam

b. Langkah Kerja

- Bubut diameter luar sampai dengan ukuran diameter mayor ulir, gunakan pahat kasar
- Ganti pahat dengan pahat bentuk.

- Bubut bagian akhir ulir dengan pahat bentuk (membuat grove)

- Ganti pahat dengan pahat ulir

- Buat uliran awal sesuai dengan bagian ulir yang dikehendaki, tempatkan pahat pada ujung benda kerja kurang lebih 0,5 mmdari benda kerjanya, majukan pahat sedikit menggores bendakerja.
Bubut bagian ulir yang dibuang sepanjang yang diinginkan.Pada akhir pemotongan, undurkan pahat dan matikan mesin.Jangan sampai menabrak bagian lain benda kerja.

- Tempatkan pahat pada posisi awal sebelum pemotongan

dengan memutar benda kerja searah jarum jam

Gambar 9: Proses penguliran, bubut ulir luar


Gambar 10: Proses penguliran, bubut ulir dalam

- Periksa hasil ulirannya , bila sesuai dimensi yang diinginkan lanjutkan dengan bubut ulir sebenarnya.

- Ulangi langkah pembubutan di atas, sebelumnya majukan pahatsesuai dengan ketebalan pemakanan, selesaikan sampai dengankedalaman ulir yang ditentukan.

- Periksa hasil uliran.

2) Membubut tirus

a. Tirus Pendek

Gambar 3. 23. Pembuatan tirus panjang.

Membubut tirus dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, carayang paling mudah adalah dengan tambahan alat bubut taper,akan tetapi cara ini selain membutuhkan kelengkapan juga harusmemasang perlengkapan tersebut pada meja eretan. Cara biasaadalah dengan memiringkan eretan atas dan memajukan eretansebagai langkah pemakanan, khususnya untuk benda tirus yangpendek. Pada perhitungan penggeseran kepala bebas harus dibedakan dua kasus:

a. Panjang kerucut sama dengan panjang benda kerja Di dalam setiap segitiga tegak lurus berlaku hubungan

cosinus (cos) sudut α .


Di dalam segiitiga tegak lurus yang diarsir pada

C=

Gambar 11: Bubut tirus, memiringkan eretan atas

Cara yang lain adalah dengan membubut antara dua senter danmenggeser posisi kepala lepas sesuai dengan tinggi kemiringanyang diinginkan.

Gambar 12 : Bubut tirus, dua senter

Gambar 13 : Penggeseran posisi kepala lepas

Untuk menghitung pergeseran kepala lepas (a), dicari denganrumus:

a = ( D – d ) / 2

D = diameter besar

d = diameter kecil

Karena keterbatasan sentuhan senter tetap dengan lubang senterpada benda keja , maka harga pergeseran “a” tidak lebih dari 1/50panjang benda kerjanya.

a. Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, dan pahat finishing
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
- Penyetelan kemiringan sudut pada eretan atas (benda kerja pendek) atau pergeseran kepala lepas (benda kerja panjang).

b.Langkah Kerja
- Bubut bagian muka benda kerja untuk menentukan titik awalkemiringan
- Bubut diameter luar sampai dengan ukuran diameter terbesaryang diinginkan, gunakan pahat kasar
- Rubah posisi pahat atau posisi kepala lepas untuk menentukansudut kemiringannya
- Bubut bagian tirusnya
- Periksa kebenaran sisi dan sudut ketirusannya
- Ganti pahat dengan pahat finishing.
- Periksa hasil ketirusannya.

d. Perhitungan Daya Mesin Dan Waktu Bubut
a. Daya Mesin Bubut
Daya sayat pahat adalah


Daya efektif mesin bubut : Ne = Ni / η

Keterangan :
FH = Gaya sayat radial Kg
q = luas penampang tatal ( mm2 )
q = b . h = a . s
Ks = tahanan spesifik tatal ( Kg/ mm2 )
V = kecepatan sayat m / mnt
V =
Л . D . N / 1000
D = Diameter benda dibubut mm
n = putaran mesin rpm
η = rendemen mesin + 70 %

Gambar 3.24. Penampang tatal.

b. Waktu Pembubutan
• t = L / s.n ….. Menit
L = panjang benda kerja …. mm
s = gerak laju pahay …. mm / put
n = putaran benda kerja …. Rpm

3. Membubut Eksentrik

Membubut eksentrik tirus dapat dilaksanakan dengan bebera pacara,

a. Pergeseran senter

1)Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, dan pahat finishing
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.

Gambar 14: Pemasangan benda kerja, bubut eksentrik

2) Langkah Kerja
- Bubut permukaan benda kerja dengan pahat kasar mendekati diameterterbesar dan panjang yang diinginkan.
- Bubut bagian muka benda kerja (dua muka) untuk menentukan sisi penandaan pergeseran senter.
- Buat pergeseran senternya pada dua sisi penampang bendakerja


Pemberian tanda untuk pergeseran senternya pada keduasisi penampangnya

Posisi senter A untuk pembubutan pertama

Posisi senter B untuk pembubutan kedua
- Tempatkan benda kerja dengan penjepitan dua senter
- Bubut diameter luar sampai dengan ukuran diameter terbesaryang diinginkan
- Ganti penjepitan benda kerja dengan senter yang kedua
- Bubut bagian eksentriknya
- Periksa kebenaran dimensi poros eksentrik yang dibuat.

b. Chuck empat (independent chuck)
1) Kerja persiapan,

- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat kasar, muka, dan pahat finishing
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.

Gambar 15: Chuck kepala empat dan pemasangan benda kerja

2) Langkah Kerja
- Bubut permukaan benda kerja dengan pahat kasar mendekati diameter terbesar dan panjang yang diinginkan.
- Bubut bagian muka benda kerja (dua muka) untuk menentukansisi penandaan pergeseran senter.
- Buat pergeseran senternya pada satu sisi penampang bendakerja
- Tempatkan benda kerja pada chuck empat, atur sesuai posisisenter utama
- Bubut benda kerja sesuai dimensi yang diinginkan
- Atur benda kerja dengan merubah posisi penjepitan sesuaisumbu eksentriknya, gunakan pointer untuk membantupergeserannya.
- Bubut bagian eksentriknya
- Periksa kebenaran dimensi poros eksentrik yang dibuat

4. Membubut Benda Panjang

Pemasangan Benda Kerja


1. Bubut Panjang

Gambar a gambar b

Gambar 3.20. Pelurusan poros bengkok.

Membubut benda panjang memerlukan peralatan tambahan.Peralatan tambahan yang sering digunakan adalah kaca mata tetap (stationery steady rests ) dan kaca mata jalan (stationerysteady traveling). Kacamata tetap dan jalan digunakan untuk mendukung benda kerja panjang, sehingga kelenturan benda kerja akibat tekanan pemakanan saat dibubut dapat dikurangi. Apabila tidak dijaga,maka benda kerja cenderung tirus atau tidak merata kesilindrisannya.

Gambar 16: A= Kaca mata tetab; B = Kaca mata jalan

Pemakaian kacamata jalan (traveling steady rest) dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.

Gambar 17: Penggunaan kaca mata jalan

a. Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat yang akan digunakan
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan benda kerja
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.

b. Langkah Kerja
- Pasang kacamata pada meja mesin
- Jepit benda kerja pada kepala tetap.
- Atur benda kerja agar tersangga pada kacamatnya
- Bila diperlukan jepit dengan senter jalan pada ujung yang lain
- Benda kerja siap dibubut


5. Membubut dengan Faceplate

Membubut dengan Faceplate adalah membubut benda kerja yang bentuknya tidak beraturan sehingga sulit bila menggunakan penjepitan atau pencekaman dengan cara-cara yang telah dibahas sebelumnya.

Gambar 18: Face plate

a. Kerja persiapan,
- Tentukan putaran mesin
- Persiapkan pahat yang akan digunakan
- Kotak kunci (tool box)
- Pemasangan dan penyetelan pahat bubut.
- Pemasangan benda kerja pada faceplate. Bila diperlukangunakan angel plate dan v-block.

b.Langkah Kerja
- Lepas kepala tetap dari mesin bubut.
- Pasang faceplate sebagai pengganti kepala tetap
- Atur posisi penjepitan benda kerja pada permukaan faceplate
- Gunakan lubang dan alur yang tersedia pada faceplate untukbaut-baut penjepitnya
- Atur posisi bagian benda kerja yang akan dibubut sesuai dengantitik senter mesin
- Benda kerja siap dibubut.

C. Rangkuman 3
- Alat potong kerja bubut komplek dipilih sesuai bentuk bendakerja yang diinginkan.
- Kerja bubut komplek antara lain, bubut Ulir, bubut Tirus, bubutEksentrik, bubut benda penjang, dan bubut dengan face plate.

D. Tugas 3
- Siapkan perangkat pahat untuk membuat ulir, membuat tirus,membuat poros eksentrik dari pembubutan awal sampai akhir
- Urutakan pemakaian pahat dari masing-masing pembubutantersebut, catat dan buat laporannya.

E. Tes Formatif 1

Kerjakan pada mesin bubut yang tersedia, sesuai dengan dimensi,

bentuk dan ketentuan gambar kerjanya.

(Draft gambar soal) toleransi umum ± 0.05

1. Bubut ulir 2. Bubut Tirus

3.Bubut Eksentrik 4. Bubut benda panjang


5) Bubut Benda Tidak Beraturan ( Bubut Dalam )

F. Kunci Jawaban

Sesuai standar penilaian latihan benda kerja di bengkel

G. Langkah Kerja
1) Pelajari gambar kerjanya
2) Gunakan pakaian keselamatan kerja
3) Lakukan langkah kerja sesuai dengan langkah kerja yang telah dibahas


Periksakan setiap hasil latihan benda kerja


BAB III

EVALUASI

A. SOAL

Kerjakan pembubutan benda kerja sesuai dengan gambar kerjanya,
toleransi umum ± 0.05


B. KUNCI JAWABAN

Sesuai standar penilaian latihan benda kerja di bengkel ( lihat lembar penilaian )

C. KRITERIA KELULUSAN

70 – 79 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja dengan bimbingan.

80 – 89 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.

90 – 100 : Di atas kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.


BAB IV

PENUTUP

Peserta diklat yang telah selesai mengikuti modul ini dan dinyatakan lulus dapat melanjutkan pada modul kerja bengkel selanjutnya, sedangkan yang belum lulus harus mengulang modul ini dan tidak diperkenankan mengambil modul selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Hercus PF, 1980, Text book of turning, F.W. Hercus PTY. Limited, Thebarton South Australia

Lascoe N P, 1973, Machine shop operation and setup. American Technical Publisher, Inc. Ilionis
PMS, 1978, Teknik Bengkel 2. PMS Bandung

Taufiq Rochim, Proses Pemesinan. HEDSP, Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar